Langkah Jitu Redakan Kemarahan Terhadap Anak
Theresia Karo Karo Official Writer
Kemarahan adalah hal yang normal yang dialami setiap orang. Tetapi, bagaimana cara anda mengatasi kemarahan adalah hal yang berbeda.
Ada saatnya orang tua marah terhadap tindakan yang dilakukan anaknya. Entah itu, sulit makan, tidak menuruti anda, melanggar peraturan keluarga, dan lain sebagainya. Beberapa saran yang bisa membantu anda untuk meredakan kemarahan kepada anak antara lain:
Sadari perasaan marah yang datang
Bila orang tua dapat mengenali tanda-tanda awal kemarahan, maka anda akan memiliki waktu untuk berhadapan dengan perasaan tersebut, sebelum hal itu menjadi sesuatu yang menghancurkan. Tanda peringatan tersebut termasuk perasaan panas, dingin, kaku, otot-otot menegang, perut yang bergolak, atau keinginan untuk menangis. Apabila peringatan awal ini muncul, sadari bahwa kemarahan dapat segera datang.
Alihkan perhatian
Kemarahan selalu mengeluarkan energi fisik. Suatu pengalihan dapat membantu untuk mengurangi ketegangan. Berikut ini adalah contoh pengalihan yang dapat di lakukan: berjalan-jalan, berlari, memukul bantal, mandi, bernyanyi, mengambil napas panjang sebanyak 10 hitungan, menghitung angka keras-keras, memainkan alat musik, memperkatakan ayat-ayat Alkitab, menghubungi seseorang, menonton program TV yang lucu, dan lainnya.
Kenali hal yang menyebabkan kemarahan
Bertanyalah pada diri sendiri mengenai kondisi fisik anda: “Apakah saya lelah?” “Apakah saya butuh berolah-raga?” “Apakah saya makan terlalu banyak atau makan makanan yang salah?”
Kemudian, tanyakan pertanyaan tentang kondisi psikologis anda: “Apakah saya sedang berpikir buruk tentang sesuatu?” “Apakah saya sedang kuatir?” “Apakah anak saya meniru kebiasaan buruk saya?”
Terakhir, amati keadaan spiritual anda: “Apakah saya sedang tidak mempercayai Tuhan?” “Apakah ada dosa yang belum diakui?” “Apakah saya perlu mengampuni seseorang?”
Analisa pemikiran anda mengenai hal-hal yang tidak benar
Kita sering menjadi marah karena kita menganggap bahwa suatu hal adalah benar, padahal tidak. Anggapan seperti ini memutarbalkkan pemikiran kita. Daripada melakukan hal itu, lebih baik kita mendasari tindakan dan perilaku pada nilai-nilai kebenaran. Satu contohnya, “Apabila saya tidak mempunyai anak, saya dapat lebih bahagia dan memiliki lebih sedikit masalah?”
Hentikan evaluasi pemikiran kita dengan menganalisa Alkitab. Selain itu, berbagai ide dari orang lain juga akan membantu mengidentifikasi anggapan yang salah. Sekali kita melakukan hal ini, kemarahan tidak lagi memiliki' bahan bakar.
Salurkan kemarahan secara tepat
Jangan sampai anda melontarkan perkataan ini kepada anak, “Kamu membuat saya marah.” Atau, “Saya merasa marah bila kebutuhan saya diabaikan.” Kata-kata ini bukannya akan membuat anak taat, mereka justru menjadi takut dengan anda. Dari pada membentak dan memarahi anak, akan lebih efektif bila anda menggunakan konsekuensi tertentu saat anak tidak menaati aturan orang tua.
Sumber : Berbagai sumber by tk
Halaman :
1